Mengapa Pelabuhan Kendal Gagal Total?

Pelabuhan Kendal merupakan sebuah proyek infrastruktur ambisius yang dulunya diharapkan menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi kawasan Kendal dan sekitarnya, namun kini mengalami kondisi yang mengecewakan. Alih-alih menjadi pusat logistik dan perdagangan yang sibuk, pelabuhan ini kini dikenal sebagai tempat mancing warga setempat. Apa yang salah? Mengapa proyek bernilai triliunan rupiah ini justru gagal berfungsi sebagaimana mestinya?

Artikel ini akan membahas secara mendalam berbagai faktor penyebab kegagalan Pelabuhan Kendal, mulai dari aspek teknis, regulasi, kompetisi, hingga peran kawasan industri yang menyertainya. 

Sejarah Singkat Pelabuhan Kendal

Pelabuhan Kendal dirancang sebagai pelabuhan niaga yang terintegrasi dengan Kawasan Industri Kendal (KIK). Tujuannya adalah untuk mempermudah arus barang masuk dan keluar dari kawasan industri, meningkatkan efisiensi logistik, serta menampung limpahan kegiatan dari Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang.

Pemerintah pusat dan daerah berharap proyek ini dapat menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi lokal, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan daya saing investasi di Jawa Tengah.

Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Pelabuhan Kendal

1. Masalah sedimentasi alur pelayaran

Salah satu kendala utama yang membuat pelabuhan ini tidak berfungsi adalah sedimentasi tinggi di alur pelayaran.

a. dampak pendangkalan

Sedimentasi menyebabkan alur pelayaran menjadi dangkal, sehingga kapal-kapal dengan ukuran menengah hingga besar tidak dapat bersandar. Hal ini menjadikan pelabuhan tidak layak operasional.

b. kegagalan kajian teknis

Masalah sedimentasi ini seharusnya bisa diantisipasi lewat kajian teknis awal. Sayangnya, kajian tersebut tidak dilakukan secara menyeluruh, sehingga pemilihan lokasi pelabuhan menjadi tidak tepat.

2. Kurangnya minat investor

Walau terletak di lokasi strategis, pelabuhan ini tidak berhasil menarik investor. Beberapa penyebabnya antara lain:

a. birokrasi yang rumit

Investor dan perusahaan logistik mengeluhkan panjangnya proses perizinan, baik untuk penggunaan pelabuhan maupun fasilitas di sekitarnya.

b. regulasi tidak jelas

Tidak adanya kejelasan hukum terkait kepemilikan, hak guna, dan pengelolaan pelabuhan membuat banyak investor memilih pelabuhan lain yang lebih pasti.

c. kegagalan promosi

Pemerintah daerah dinilai tidak cukup agresif memasarkan Pelabuhan Kendal sebagai pusat logistik alternatif di Jawa Tengah.

3. Kalah saing dengan pelabuhan lain

Pelabuhan Kendal harus bersaing dengan pelabuhan besar lainnya di sekitarnya, seperti:

a. pelabuhan tanjung emas, Semarang

Pelabuhan ini telah terintegrasi dengan kawasan industri yang aktif, memiliki jaringan logistik matang, dan didukung infrastruktur jalan dan pelayaran yang lebih baik.

b. pelabuhan batang

Dengan proyek Pelabuhan Internasional Batang yang mendapat dukungan penuh dari pemerintah pusat, Kendal kembali kalah dalam hal prioritas pembangunan nasional.

4. Kawasan industri Kendal belum optimal

Salah satu alasan utama pendirian pelabuhan adalah untuk melayani KIK. Sayangnya, kawasan industri ini belum berkembang sesuai harapan.

a. kurangnya tenant besar

Mayoritas industri di KIK masih berskala kecil hingga menengah, dengan volume logistik rendah yang belum membutuhkan pelabuhan besar.

b. infrastruktur pendukung lemah

Jalan akses, pasokan air, listrik, dan layanan publik masih kurang maksimal, sehingga menghambat operasional dan pengembangan kawasan.

c. SDM yang terbatas

Ketersediaan tenaga kerja terampil yang minim juga menjadi kendala dalam mengembangkan kawasan industri secara optimal.

5. Dampak pandemi COVID-19

Pandemi COVID-19 yang terjadi pada tahun 2020 membuat operasional pelabuhan sempat ditutup total.

a. penghentian aktivitas

Semua kegiatan pelayaran, penyeberangan, hingga layanan mudik di Pelabuhan Kendal dihentikan selama masa pandemi.

b. kehilangan momentum

Pelabuhan gagal memanfaatkan momentum pasca-pandemi, karena pelabuhan lain sudah kembali beroperasi penuh lebih cepat, meninggalkan Kendal jauh di belakang.

6. Lemahnya koordinasi antar instansi

Pelabuhan adalah proyek yang membutuhkan kerja sama lintas sektor. Namun di Kendal, hal ini tidak terjadi dengan baik.

a. tidak ada otoritas khusus

Berbeda dengan Batam atau Tanjung Priok yang memiliki badan otoritas pelabuhan, Kendal tidak memiliki lembaga khusus yang mengelola dan memfasilitasi operasional pelabuhan secara penuh.

b. minimnya kolaborasi pemerintah dan swasta

Pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan pihak swasta tidak memiliki sinergi dalam mendorong pelabuhan menjadi pusat logistik regional.

Dampak Sosial Ekonomi

1. Warga menjadikan pelabuhan tempat mancing

Minimnya aktivitas logistik membuat pelabuhan dimanfaatkan warga lokal untuk memancing. Ini menjadi simbol kegagalan pelabuhan sebagai fasilitas ekonomi.

2. Tidak Memberikan Nilai Tambah Ekonomi

Investasi triliunan rupiah tidak memberikan hasil yang nyata. Tidak ada pertumbuhan ekonomi signifikan, lapangan kerja terbatas, dan arus barang pun nyaris nol.

Upaya dan Harapan Perbaikan

1. Revitalisasi alur pelayaran

Pengerukan besar-besaran perlu dilakukan untuk mengatasi sedimentasi dan memastikan kapal bisa masuk ke pelabuhan.

2. Pembentukan badan otoritas pelabuhan

Seperti halnya BP Batam atau Pelindo, perlu dibentuk badan khusus yang menangani operasional pelabuhan secara terpadu, termasuk perizinan dan promosi investasi.

3. Integrasi dengan kawasan industri

KIK perlu direvitalisasi dan diintegrasikan langsung ke pelabuhan agar tercipta rantai pasok yang efisien. Insentif untuk tenant besar juga diperlukan agar industri lebih tertarik masuk ke Kendal.

4. Menjadi pelabuhan penyangga (Feeder Port)

Alih-alih menjadi pelabuhan utama, Kendal bisa dikembangkan sebagai pelabuhan penyangga bagi Tanjung Emas atau Batang. Strategi ini lebih realistis untuk jangka pendek hingga menengah.


Sumber gambar: https://keckaliwungu.kendalkab.go.id/

Link: https://keckaliwungu.kendalkab.go.id/uploads/files/kendal%20port_22.jpg


Post a Comment for "Mengapa Pelabuhan Kendal Gagal Total?"